Minggu, 13 Maret 2011


JARING INSANG LINGKAR (Encircling gill net)

1. Definisi dan Klasifikasi
Jaring insang lingkar adalah jaring yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama. Jaring insang lingkar berdasarkan cara pengoperasiannya termasuk dalam klasifikasi gillnet (Subani dan Barus 1989).

2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Menurut martasuganda (2002) jaring insang terdiri dari tubuh jaring, tali ris, pelampung dan pemberat. a) ubuh Jaring (webbing) merupakan bagian jaring yang sangat penting. Tubuh jaring terdiri dari 3 lapis, 1 lapisan jaring dalam dan 2 lapisan jaring luar yang mengapit lapisan jaring dalam. Ukuran mata jaring lapisan dalam lebih kecil dari pada ukuran mata jaring lapisan. b) tali ris; jaring insang lingkar dilengkapi dengan dua buah tali ris yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Fungsi tali ris adalah untuk menggantungkan tubuh jaring dan sebagai penghubung lembar jaring satu dengan lembar jaring lainnya secara horizontal (memanjang). Bahan tali ris adalah Polyethylene (PE) dengan garis tengah tali 2 – 4 mm. Panjang tali ris atas berkisar antara 25,5 – 30 m, sedangkan tali ris bawah antara 30 – 32 m. c) pelampung; merupakan bagian dari jaring insang lingkar yang berfungsi sebagai pengapung jaring pada saat dioperasikan. Jenis pelampung yang digunakan adalah plastik No. 18 dengan jarak pemasangan antara 40 – 50 cm. Tali pelampung terbuat dari bahan Polyethylene dengan garis tengah 3 – 4 mm. d) pemberat; berfungsi sebagai pemberat jaring pada saat dioperasikan. Pemberat tersebut dibuat dari bahan timah ( timbel ) yang berbentuk lonjong, dengan berat antara 10 – 13 gram/buah. Pemasangan pemberat dilakukan dengan jarak antara 19 – 25 cm, pada sebuah tali yang terbuat dari Polyethylene dengan garis tengah 2 mm. Disamping itu biasanya pada jarak 12 m dari ujung jaring pada tali yang diikatkan ke kapal masih dipasang pemberat tambahan dari batu seberat kira-kira 20 kg.



3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Kapal yang akan dibuat sangat dipertimbangkan efisiensinya. Kapal alat penangkap ini terbuat dari kayu, baja, atau fiber glass. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kapal harus disesuaikan dengan keadaan daearah dimana kapal dioprasikan serta biaya yang tersedia. Ukuran kapal tersebut biasanya panjang antara 8,5-10,5 m, lebar anatara 2-2,5 m, dan mempunyai kedalaman antara 0,7-0,8 m (Ayoudhyo1975).
3.2 Nelayan
Alat tangkap ini membutuhkan nelayan berkisar 9 orang. Fungsi tiap-tiap nelayan tersebut berbeda-beda antara lain satu orang nahkoda, satu orang judu mudi, satu orang juru mesin, satu orang juru batu dan lima orang pendega (Ayoudhyo 1975)
3.3 Alat bantu
Alat bantu yang digunakan jaring insang pada saat pengoperasian yaitu lampu. Lampu berfungsi untuk memikat ikan-ikan terutama ikan-ikan pelagis yang ada dilingkungan alat tangkap ini. Lampu yang digunakan sebagai alat bantu berjumlah 4 buah (Ayoudhyo 1975).
3.4. Umpan
Kelompok kami berpendapat bahwa jaring insang lingkar tidak menggunakan umpan dalam pengoperasiannya.

4. Metode Pengoperasian Alat
Sebelum pengoprasian alat tangkap ini dilaksanakan penangkapan, segala perlengkapan untuk operasi dipersiapkan. Persiapan tersebut meliputi: bahan bakar, perbekalan, alat tangkap, mesin dan kelengkapan awak kapal. Setelah itu, nelayan berangkat menuju daearh penangkapan. Apabila hari masih siang nahkoda melakukan pengintaian untuk mencari gerombolan ikan. Bila gerombolan sudah didapat, maka nauran jaring segera dilakukan. Kemudian para pendega memukul-mukul perahu, kaleng untuk mengejutkan ikan-ikan tersebut sehingga terjerat dalam jaring

5. Daerah Pengoprasian
Daerah pengoperasian jaring insang lingkar adalah daerah dimana tempat ikan-ikan pelagis bergerombol yaitu didasar perairan. Daerah-derah yang biasanya dioprasikan oleh para nelayan misalnya di daerah babakan, Banten (Ayoudhyo 1975)

6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan menggunakan encircling gillent adalah ikan-ikan yang berukuran tertentu saja, sesuai dengan ukuran mata jaring. Hasil tangkapan alat ini antaralain ikan tembang (Sardinella fimbriata), alu-alau (Sphyraena sp), bilis (Thryssa spp), Sekartaji (Scomberoides sp), Petek (Leiognathus sp), Kembung (Rastrelliger sp), Eteman (Mene sp) (Subani dann Barus 1989).